Dan Brown dan Karyanya

Pembacaan karya Dan Brown mulai dari novel pertama Benteng Digital sampai novel ke empat Da Vinci Code memberi sensasi sendiri bagaimana sebetulnya proses penulis ini hingga mencapai puncak.

Benteng Digital

Sebetulnya alur linear, tapi karena diselang-seling seolah puzle. Cerita tentang David Becker sebetulnya satu jalinan utuh diseling cerita Susan Fletcher dan tokoh lain. Akibatnya pembacaan menjadi terganggu, karena pikiran dipaksa pindah setting untuk penggambaran kejadian berbeda tempat pada waktu bersamaan.Membacanya jadi lancar ketika pembaca loncat-loncat dari bab tentang David ke bab tentang David selanjutnya. Namun akan kehilangan rasa zig-zag yang mungkin sengaja diharap Dan Brown selaku penulis, yang membuat setting dalam-luar-dalam-luar, perbedaan setting antara kisah Susan dan David. Namun pada akhirnya mereka juga ketemu pada satu adegan. Yang sayangnya, begitu sederhana, hanya satu angka, yang dibutuhkan untuk membuka kode rahasia oleh Tankado yang mati dan mengancam akan membuka semua rahasia keamanan digital yang membuat NSA (National Security Agency) mampu memata-matai semua email.Apakah para ahli kode rahasia digital itu tidak ada niatan hanya untuk coba, memencet angka-angka secara acak? Sebuah nihilisme untuk sebuah perkara yang besar, makan energi dan nyawa, terutama nyawa tokoh utama, profesor bahasa yang terpaksa jadi pemburu cincin: David Becker

Malaikat dan Iblis

Buku Novel ke dua Dan Brown mengangkat hal tidak materi yang menjadi lawan dari hal materi, sebagaimana malaikat selalu berlawanan dengan setan, gelap dengan terang, baik dengan jahat, teori penciptaan dikuatkan antara ada dicipta dari tidak ada! Kematian ilmuwan oleh kelompok persaudaraan Illuminati menggoncangkan kelompok ilmuwan yang mencipta hal tidak materi itu, membawa ahli penyelidik Illuminati mencari gerombolan pencuri tidak materi tadi, sampai ke Vatikan saat Kepausan sedang dalam masa pemilihan Paus baru.

Deception Point

Berawal dari pembunuhan peselancar salju Kutub Utara. Berlanjut konflik Rachel yang banyak membantu intelijen Presiden Amerika Serikat dengan Sexton ayahnya Senator yang menjadi lawan politik dalam perebutan kekuasaan di Gedung Putih. Pendanaan NASA yang sangat besar namun banyak mengalami kegagalan dijadikan bahan kritikan habis-habisan oleh Sexton, hampir saja menjatuhkan Presiden Herney, yang secara nyata juga banyak dikelabui oknum di NASA. Namun Herney terselamatkan oleh skandal seks Sexton, berkat anaknya Rachel yang trauma atas perlakuan tidak adil Sexton terhadap ibu Rachel, istrinya saat masih hidup.

Da Vinci Code

Da Vinci Codeyang merupakan kisah lanjutan dari petualangan Langdon setelah setahunberpisah dengan Vittoria yang sibuk meneliti pergerakan ikan di LautJawa, membuat Langdon mendekati kematian lagi dengan menghadapiperkumpulan rahasia di gereja Katolik yang mengungkap sisi lainsejarah gereja yang ternyata bisa ditafsirkan pada berbagai imajinasi.Kalau di dalam Illuminati John Langdon menghadapi kelompok Illuminati,di dalam Da Vinci Code ia menghadapi Biarawan Sion yang memegang teguhrahasia Cawan Suci Maria Magdalena sebagai suatu rahasia terselubungsejarah gereja berbeda dari versi umum.

Biografi Dan Brown

Setelah mengetahui secara runtut novel-novel yang dihasilkan dan Brown, kita patut mencermati biografi pengarang ini, yang ternyata selain mengarang novel-novel 'tebal' itu, ia juga telah membuat buku-buku kecil yangt 'disembunyikan' penyebutan namanya sebagai pengarang buku-buku itu. Kalangan pembaca Indonesia merasa sangat terbantu dengan buku 'Biografi Dan Brown, The Man Behind The Da Vinci Code' karangan Lisa Rogak yang diterbitkan Ufuk Press.

Menurut Ufuk Press, buku ini mengungkap tentang:

Bagaimana dan mengapa Brown menjadi tergila-gila akan secret societies.

Bagaimana dia berusaha beralih dari awalnya sebagai penyanyi pop menjadi pengarang yang fenomenal

Berbagai penjelasan tentang kaitan antara tulisan Brown dan hidupnya. Contohnya, masa-masa awal penyanyi pop ini menghasilkan CD lagu pada tahun 1994 yang berjudul Angels and Demons. Sampul CD tersebut didesain oleh John Langdon, yang kemudian mendesain sampul buku Angels and Demons, dan juga memberi inspirasi bagi Brown untuk menggunakan nama Robert Langdon sebagai tokoh protagonis dalam novelnya.

Bagaimana para elit dan dunia Phillips Exeter Academy membentuk kehidupan Brown dan, mungkin juga, tulisannya tentang konspirasi dan secret society.

Mengapa, di hadapan tuntutan hukum atas tuduhan penjiplakan, Brown telah menolak untuk menandatangani surat pernyataan yang dapat menegaskan bahwa ia adalah penulis tunggal The Da Vinci Code. Dan masih banyak lagi..

Sesudah membaca buku itu secara lengkap, selanjutnya tinggal tafsir tentang sosok pengarang dan karyanya itu sendiri menurut kaca mata kita.

Latar Belakang Jiwa Karya Dan Brown

Dan Brown yang anak kedua kelahiran 22 Juni 1964 identik besar di kampus, sejak Richard Brown ayahnya yg penulis pendamping serial buku pelajaran matematika populer yg dianjurkan di seluruh AS mengajar matematika dua tahun di Phillips Exeter Academy New england, sebelum DB lahir berlanjut sekolah di situ dari kelas 9-12 (umur 13-18 tahun), tentu saja mendapat pengaruh dari para intelektual di kampus itu dan cerita2nya dan tugas2 menulis, persaudaraan2 rahasia dan berbagai ritual. Setamat Phillips Exeter Academy pada 1982, DB kuliah di Amherst College, belajar 1 tahun di Universitas Seville Spanyol, belajar sejarah seni termasuk tentang lukisan2 Leonardo da Vinci dan rahasia di baliknya.

DB dibesarkan sebagai penganut Kristen, ikut paduan suara gereja dengan mendapatkan genetik seni musik dari Connie Constance ibunya yang pemain organ (gereja) dan profesional musik rohani, aktif di sekolah minggu, menghabiskan musim panas di gereja.

"Karena aku dibesarkan seorang pakar matematika dan pemain organ gereja, aku kebingungan dari hari pertama. Sementara sains memberikan bukti-bukti yang menggairahkan atas klaim-2nya... dst.., agama lebih banyak menuntut, terus-menerus memintaku untuk menerima segala sesuatu secara yakin.... Sebagai seorang anak aku cenderung berlanaskan pada fondasi2 sains yg kokoh. Tetapi semakin jauh aku masuk ke dalam dunia sains yg kokoh ini, semakin rapuh landasan tempatku memulai."

Maka dapat dimengerti mengapa ke empat novel 'tebal' Dan Brown 1 di antaranya bergelimang pertarungan antara ilmu pengetahuan dan agama:yaitu dalam Angels and Demon (Malaikat dan Iblis).

Sedangkan Da Vinci Code lebih pada pertarungan internal di dalam agama dengan bumbu kabut berilmupengetahuan untuk menyembunyikan dan menyingkap rahasia besar dalam dinasti Maria Magdalena sebagai garis keturunan Yesus yang ditolak Gereja.

Sementara Benteng Digital (Digital Fortress) lebih pada pertarungan antar ilmuwan untuk kepentingan kekuasaan negara dan masyarakat, dan Deception Point (Titik Muslihat) lebih pada pertarungan ilmu pengetahuan dalam politik.

Proses Kreatif Dan Brown

Dan Brown dalam menulis novel tidak memakai komputer terkoneksi internet. Ia membutuhkan konsentrasi, introspeksi, kesunyian dan ketenangan, selain perencanaan yang ketat. Ia punya hari-hari panjang dalam menulis dengan memulai pekerjaannya di depan komputer pada pukul 4 pagi dan terkadang sadar bahwa menulis dan melakukan riset merupakan pekerjaan yang berat dan buktuh waktu lama.

Menurutnya pada buku Biografi Dan Brown The Man Behind The Da Vinci Code, yang ditulis Lisa Rogak, Penerbit Ufuk Press, bacaan pada tulisan ini, bagian paling berat adalah mempercayai cerita sekalipun saat hal berjalan buruk, ia tetap memaksa diri tetap bekerja antara 5-8 jam sehari menangani manuskrip meski saat itu tak yakin akan berhasil.

DB teliti merencanakan ujung dan putaran alur ceritanya, hubungan masing-masing tokoh, gerak maju cerita, ia lukisan ketegangan bab ke bab, cerita berbelit, banyak kode, banyak kejutan, sebelum ia menuliskan satu kata pun atau benar-benar menulis.

Pria itu dalam menulis novel-novelnya melakukan riset mendalam, literatur, minta bantuan masukan para ahli yang berkompeten, bahkan dengan Paus, dialog dengan agen-agennya, penerbit, survei ke tempat-tempat yang akan dituliskan dalam novel, dialog dengan pemandu tur wisata. Bahkan untuk bertelurnya sebuah karya, ide pun dia dialogkan, terutama dengan istrinya: mau membuat novel apa tentang apa.

Dengan uang muka untuk penulisan Da Vinci Code sudah di tangan terlebih dulu, ia pun melakukan survei ke lokasi-lokasi setting cerita ini.

DB dalam menulis banyak menekan tombol [del] untuk membuang hal2 yg bisa dibuang. Sikap ini sudah berpengaruh padanya ketika masih sekolah ketika mengerjakan tugas sekolah dan gurunya banyak mencoret tulisannya yang intinya sederhana itu lebih baik sehingga sanggup menulis novel 350 halaman dari yang sebenarnya berjumlah 1000 halaman.

Dengan pengalaman2nya tentang persaudaraan di sekolahnya, ditambah dengan pengetahuan tentang persaudaraan pada berbagai sejarah seni yang dipelajarinya, tulisan-tulisannya juga tentang persaudaraan ini. Dalam Angels and Demon tentang Persaudaraan Illuminati. Dalam Da Vinci Code tentang Persaudaraan Biarawan Sion. Dalam Digital Fortress tentang perkumpulan rahasia NSA sekalipun punya 25.000 karyawan, yang menggunakan kriptografi dan teknologi maju.

Untuk pemberian nama-nama tokoh dalam novelnya, DB acap memakai nama-nama orang yang ia kenal, misalnya nama murid, gurunya. Bahkan tokoh dalam Angels and Demon dan DVC, Robert Langdon, adalah nama orang ahli yang paling banyak membantunya dalam riset untuk cerita ini.

DB mengaku terpengaruh karya-karya novelis Jeffrey Archer, Robert Ludlum dan Sidney Sheldon. Namun ketika mengerjakan sebuah karya, ia tidak membaca karya-karya orang lain supaya yang ia tuliskan tidak terpengaruh gaya mereka!

Maka tidak keliru bila pembaca acap merasakan sebetulnyalah karya DB (selain DVC), mudah ditebak, dan gaya penulisannya seperti atau setidaknya mengingatkan halnya cerita2 tulisan Sidney Seldon.

DB mengaku tahu ia berharap menyebutkan semua penulis besar yang telah mengilhaminya, namun ia malu mengatakan bahwa ia begitu sibuk menulis sehingga nyaris tidak punya waktu untuk membaca apa saja selain nonfiksi dan buku2 riset, yang rata-rata ia baca pada saat libur.

Namun, buku yang ia baca rata-rata adalah NON FIKSI, karena selalu melakukan riset untuk novel berikutnya. Kalau ia benar-benar membaca novel, hanya dua atau tiga setahun, novel yang sedang ngetren dan eskapis alias memasuki alam khayal dan lari dari kenyataan.

DB adalah pengajar bahasa Inggris dan sastra, dengan mengajar dua hal ini membantu dirinya untuk menyiapkan diri menjadi seorang penulis. Ia anggap diskusi buku di kelas juga membantunya dalam menganalisa fiksi yang bagus dan memasukkan tema2 yg serupa dalam karyanya.

Kalau semula ia menulis sebagaimana tradisi penulis langsung pada komputer, dengan kemajuan teknologi ia pun menggunakan software pengenalan suara untuk mendiktekan novel-2nya ke sebuah komputer.

Pada saat tidur ia mengaku pikiran sangat kreatif, ketika bangun ia siap menulis dengan banyak ide. Ia menjaga ide teap mengalir selama berjam2 dengan alat jam pasir antik di atas meja yg mengingatkan waktu istirahat, lalu push up dan sit up agak cepat agar tekanan darah tidak turun jauh, kadang pun menggunakan latihan cepat untuk memecahkan rintangan penulis. Ia pun menggunakan sepatu boot grafiti untuk menggantung diri dengan kepala di bawah untuk menambah aliran darah di kepala dan memandang dunia dengan perspektif sedikit beda.

Yang pasti DB punya istri yang cantik Blythe Newlon yang dinikahi tahun 1993(?) dan memberi inspirasi dalam menulis bahkan teman dialog dan diskusi yang sangat intensif, menjadi penyunting yanghandal, bahkan menjadi orang di belakang layar dalam karir DB sebagai musisi dengan meluncurkan CD-CD DB.

Akhirnya, Dan Brown mengatakan, bahwa ia memulai riset untuk masing-masing novelnya sebagai seorang skeptis dan akhirnya menjadi orang beriman. (Yonathan Rahardjo)

Tidak ada komentar: