Puisi-puisi sufistik Abdul Hadi WM

Wawancara dengan Dini Wartawan Jurnal Nasional


1.Apa sebenarnya definisi puisi sufistik itu? melihat dari segi pesannya atau mengaitkan dengan latar belakangnya dengan makna Sufi?

Menjawab dengan kesadaran saya sendiri, bahwa munculnya definisi puisi sufistik bagi karya-karya penyair, hanyalah labelisasi yang diberikan oleh pengamat untuk memudahkan penggolongan puisi berdasar tema. Jelas bagi saya puisi sufistik adalah puisi yang bertema tentang sufi, tasawuf, kesucian, keTuhanan. Sementara bagi saya sebetulnya soal KeTuhanan tidaklah semata-mata berkaitan dengan hal yang 'seolah-olah' suci seperti langsung tentang Nafas Tuhan, jiwa yang dekat dengan tuhan, tentang pengembaraan hati, pencarian kesucian Tuhan, dosa dan tidak dll.

Bagi saya, Tuhan adalah sesuatu yang nyata dalam hidupsaya, bahkan dalam menjawab pertanyaan ini pun saya melakukannya untuk Tuhan. Puisi-puisi sosial dan lain-lain, bukankah itu juga untuk kemuliaan Tuhan? Bukankah puisi-puisi dengan Tuhan yang nyata dan terefleksikan secara praktis boleh dibilang juga puisi sufistik? Mengapa kok tidak disebut puisi sufistik? Tapi disebut sebagai puisi sosial, puisi perjuangan dan lain-lain?

Ternyata kita memang menghadapi begitu banyak orang yang berbeda-beda,dan untuk memberikan suatu pendapat kolektif, mau takmau kita moderat, dan mencoba menerima dan mengerti batasan-batasan umum, yang sialannya kita terbentur lagi oleh norma bersama yang seolah kebenaran umum, dengan pendapat ahli bahasa, pengamat dan lain-lain, apalagi paus sastra atau para peng-indoktrin dunia sastra, ada yang disebut dengan nama puisi sufistik.

Sebetulnya bagi saya itu penyempitan darimakna tasawuf, kesucian dan keTuhanan itu sendiri. Tuhan tidak sebatas itu, tidak sebatas dalam makna puisi sufi itu, dalam segala puisi, mestinya kita mengenal Tuhan; maka semua puisi adalah puisi sufistik. Sedangkan yang kita kenal dengan puisi sufistik sekarang hanyalah pemaknaan supersempit;yang mau takmau kita mencoba memahami keadaan yang berkembang dengan pendapat orang di jagad sastra yang sudah ada; agar kita mempunyai pendapat yang kuat mengakar dan membangun keyakinan kita sendiri.


2. Sebenarnya puisi Sufi di Indonesia itu lahir begitu saja atau ada pengaruh dari negara lain?

Di sini kita terikat pada batasan-batasan, setidaknya kita memaknai pengetahuan umum itu. Kalau makna puisi sufi mengacu pada tasawuf adalah puisi yang bertemakan tentang tasawuf, maka puisi sufi yang dikenal selalu dihubung-hubungkan dengan tasafuw muslim yang telah sangat populer digunakan selama berabad-abad. tasawuf atau sufisme sendiri sering dimaknakan bermacam-macam arti, asalnya dari tiga huruf Arab, sha, wau dan fa, ada yang bilang dari sha wa fa. Ada yang berkata berasal dari shafa yang berarti kesucian, ada pula yang brucap darikata kerja bahasa Arab safwe yang berarti orang-orang terpilih.

Kalau melulu dari pemaknaan itu, ya mau tak mau lahirnya puisi sufistik yang terpengaruh mata rantai panjang tradisi sastra sufistik kalangan para penyair sufi Persia Ibnu Arabi, Hafiz, Jalaluddin Rumi, Al-Hallaj; yang kemudian di Indonesia, mata rantai tradisi sastra sufinya dari Hamzah Fansyuri dengan Syair Perahu, lalu Amir Hamzah dengan sajak romantik-religius, lalu tahun 1970-an dengan sajaksufi Abdul Hadi WM.

Puisi sufistik bersifat esoterik, universal dan dapat melampaui batas-batas agama; maka kita mengenal penyair reformasi Hindu Rabindanath Tagore dan penyair Kristen Khalil Gibran. Guna mendalami puitika sufistik, seseorang tak harus menjalani tarikat sufi atau ikut mazhab sufi tertentu untuk melahirkan karya sufistik. Kesufian ditentukan cara berpikir tentang kehidupan di dunia dalam olah batin dan sistem nilai dalam penguasaan jiwa guna dituangkan dalam karya sastra.

Bukankah sebelum adanya agama-agama samawi di Indonesia kita sudah mengenal tentang Ketuhanan, tasawuf, Ketuhanan dalam berbagai wujud? Mengapa tidak ada pelabelan semacam yang sudah kita kenal? Ini PR kita bukan? Betapa sesungguhnya karya-karya Negarakeragama karya Empu Prapanca di Majapahit pada 1350-1389 yang mengenal Bhinneka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrwa pun sebuah telaah pikir Ketuhanan yang dahsyat yang tidak pernah kita kelompokkan karya ini dalam sastra sufistik bukan?

Mengapa ada pelabelan puisi sufistik seperti sekarang? Itulah hasil kerjaan para kritikus dan pengamat sastra yang kita berhak untuk tidak semata-mata mengikuti pensejarahan yang kita ketahui banyak sekali penggelapan seperti yang terjadi terhadap hilangnya sastra kiri karya sastrawan Lekra dalam sejarah sastra Indonesia.


3. Kalau di dunia, tokoh puisi Sufi itu siapa ya? Apa karyanya yang menonjol?

Sekalilagi ini hanyalah pengetahuan umum, bahwasanya kita menjadi kenal mereka, sementara banyak yang hilang dari perbincangan dan peredaran karena banyak faktor
penyair sufi Persia Ibnu Arabi, Hafiz, Jalaluddin Rumi, Al-Hallaj, Rabindanath Tagore yang sangat menonjol terutama pada karya-karya puisinya; dan penyair Kristen Khalil GibranE dengan karyanya Lagu Gelombang, Pasir dan Buih, Sang Pralambang, Sayap-Sayap Patah, Taman Sang Nabi.


4. Bagaimana menentukan puisi ini jenis sufi atau tidak?

sudah terjawab di nomor 1


5. Bagi mereka, mengapa Abdul Hadi WM disebut penyair sufi?

Sekali lagi ini pengetahuan para pengamat itu: Bersama para penyair yang menumbuhkan estetika Timur pada 1970 an seperti Kuntowijoyo dengan konsep sastra profetik dan sastra transenden, Emha Ainun Nadjib dengan konsep estetika kaffah, Danarto dengan cerpen-cerpen Islam kejawen, Darmanto Jatman dan Linus Suryadi AG dengan estetika Jawa, serta Wisran Hadi dengan estetika Minang, dan Taufiq Ismaildengan sajak-sajak sosial-religiusnya; Abdul Hadi WM dianggap mengembangkan dan memasyarakatkan puitika sufistik!

Dalam salah satu puisinya, Abdul Hadi rupanya dengan tandas menuliskan tentang kemanunggalan atau menyatunya dirinya dengan Tuhannya seperti kemanunggalan api dengan panasnya. Dengan puisi itu Abdul Hadi ikut meluruskan dan mengkristalkan konsep kemanunggalan mahluk dengan Tuhan yang dalam mistik Jawa disebut manunggaling kawulo-Gusti dan dalam ilmu tasawuf disebut tasawuf union mistika atau wahdatul wujud. Abdul Hadi menyediakan diri menjadi nyala, cahaya, penyuluh, penerang jalan, jika lampu Tuhan (agama) padam. Hal ini tampak sebagai komitmen Abdul Hadi dalam bersastra, seperti tersirat pada sajak-sajaknya yang lain, bahwa bersastra, menulis puisi, adalah bagian dari upaya untuk mencerahkan rohani masyarakat (pembaca).



6. Karya apa dari Abdul Hadi WM yang paling menonjol karakter sufinya?

Sosok penting Abdul Hadi WM bukan sekadar popularitas kepenyairannya, tapi juga paradigma paradigma sastra sufistik yang dikembangkannya. Jelas sebetulnya dialah yang menyebarkan konsep ini,selain sebagai seniman dia juga ilmuwan dan politikusi sastra. Saat itu sejak 1970-an kecenderungan estetika Timur menguat dalam sastra Indonesia kontemporeran, puitika sufistik yang dikembangkan AbdulHadi WM menjadi mainstream cukup dominan dan cukup banyak pengaruh dan pengikutnya. TampakAbdul Hadi WM ikut menafasi kebudayaan kita dengan puitika sufistik dan prinsip-prinsip seni Islami, ikut mendorong masyarakat ke arah pencerahan sosial dan spiritual yang dianggap sebagai penyeimbang pengaruh budaya Barat hedonis dan sekuler.


7. Menurut mereka, mengapa pada 1980-an puisi-puisi sufistik begitu berkembang? Adakah peristiwa yang melatarbelakanginya?

Saat itu Abdul Hadi menjadi redaktur rubrik satra Dialog Harian Berita Buana. saat itu pulajaya Majalah Sastra Horison dan rubrik-rubrik sastra surat kabar Jakarta lain yang menjadi semacam kiblat perkembangan sastra Indonesia. Saat itu Abdul Hadi WM mengembangkan pengaruhnya pada tradisi penulisan puisi pada 1970-1980an. Agaknya menurut saya kecenderungan 1970-an dengan puisi sufistik adalah setelah tragedi pembantaian jutaan rakyat Indonesia yang tidak berdosa pasca 30 September 1965 dimulai pembantaian besar-besaran tahun 1967,lalu keharusan setiap orang harus mempunyai agama dan dilabeldi KTP-nya, mendorong orang cenderung bersifat religius, kalau tidak akan dicap komunis dan 'dibantai'. Masa 1970-1980 an stigma PKI pada jutaan rakyat Indonesia masih merajalela; sementara pada saat bersamaan keran budaya barat akibat PKI kalah dibuka seluas-luasnya sehingga semua budaya Amerika dan kawan-kawan yang liberal mencengkeram ibu pertiwi; inilah saat paling subur perlawanan rohani baiknaturalmaupun rekayasa di mana orang mulai bersifat religius itu, muncul puisi2 keagamaan, tasawuf, kesucian, agama, Ketuhanan itu;


8. Menurut mereka, apakah jenis puisi sufi bisa bersifat abadi? Maksudnya tetap kontekstual dari masa ke masa tidak?

Ya. Apapun karya sastra yang baik akan abadi.

9. Apa pengaruh gaya Abdul Hadi ke penyair muda sekarang ini ? Kalau ada, merujuk ke gaya penulisan, tema, atau pesan?

Banyak penyair dari generasi 1980-an yang juga menulis puisi senafas dengan sufistiknya AbdulHadi WM. Sebutlah nama yang sering didoktrinasikan oleh kelompoknya Horisin seperti Ahmad Nurullah, Jamal D. Rahman, Acep Zamzam Nor, Achmad Syubbanuddin Alwy, Mathori A. Elwa, dan Soni Farid Maulana. Mereka dianggap memilih puitika sufistik sebagai landasan kreatifnya, dengan intensitas penulisan puisi yang terus berthema sufistik itu. Namun jelas di sini juga ada politik sastra sendiri, kecuali dengan jujur dan mau mempelajari begitu banyak karya lain yang bermunculan kita akan menemukan sejatinya karya puisi sufistik tidak sebatas pada para penyair yang disebut. Katakanlah bagi saya, karya-karya penyair yang disebut para pengamat dalam barisan karya Sufistik seperti Leon Agusta, Sutardji Calzoum Bachri, Ari MP Tamba, almarhum Maroeli Simbolon, Sihar Ramses Simatupang, maupun Maulana Ahmad yang baru menelurkan bukunya Sepasang Sepatu Sendiri dalam Hujan bersama Dedy Tri Riyadidan Inez Dikara.

10. kelebihan dan kekurangan dalam membuat puisi sufistik itu sendiri?

Kelebihannya, orang (baik pencipta puisi maupun pembacanya) mendapat makna bagaimana nilai-nilai berhubungan dengan Tuhan secara muka dengan muka

Kekurangannya, hubungan dengan Tuhan seolah-olah hanya masalah yang terasakan dalam penyembahan, kesucian, kedirian, padahaljelas bagi saya semua masalah apapun itu selalu terkait dengan Tuhan, tanpa kita membicarakannya dengan kata yang tersurat sekalipun


11. Termasuk Sufi yang bagaiman karya-karya Abdul Hadi yang tersirat melalui karyanya?

Bagi saya karya-karya Abdul Hadi merupakan karya sufi yang langsung mengupas hubungan antara Tuhan dengan manusia, alias sufi tembak langsung yang cenderung menghubungkan diri dengan sumber-sumber agama dan bentuk-bentuk spiritualitas agama.


12. Ksulitan dalam membuat tema yang artistik dan tematik ini apa sajakah kendalanya?

Secara estetika perlu pemahaman esetik yang luas dan latihan. Secara tematik perlu dan keluasan berpikir dan olah batin.


13. Apakah ada pakem tertentu dalam membuat karya bertema sufistik?

Bagi saya, jujurlah berkarya,tidak usah terbebani oleh tema maupun kaidah yang akan membelenggu. Pelajari semua, namun dalam mencipta biarlah muncul secara alami. Kalau pun ada para politikus sastra memetakan, biarlah semua hal toh akan muncul dengan kedirian sendirinya. Sufistik adalah hubungan dengan Tuhan, jujurlah dengan hubungan itu dan jujurlah dalam menulis, yang pasti puisi atau karya sastra kita itu akan berjiwa dan punya Roh; tak peduli apapun label yang bakal disandang, sebab yang penting semua karya sebetulnya adalah sufistik; meski bukan sufistik tembak langsung ala Abdul Hadi WM.


14. Bagaimana perkembangan tema sufi sendiri dikalangan penyair muda, bagaimana tanggapan mereka?

Sangat bagus sesuai dengan progresifitas kekinian masing-masing


15. Apakah karya sufistik bisa dibilang melebihi keindahan karya sastra lainnya?

Sama saja,sesuai dengan jawaban no 13.

Tidak ada komentar: