Rilis Buku Puisi Dino F Umahuk

Republika, Minggu, 17 Februari 2008
Republika, Minggu, 24 Februari 2008

Penyair Dino F Umahuk akan merilis buku kumpulan puisi terbarunya, Dino Umahuk, Metafora Birahi Laut, pada Rabu, 27 Februari 2008, pukul 19.00 WIB, di Warung Wapres (Wapres) Bulungan. Acara akan diisi diskusi dengan pembicara Kurnia Effendi, pembacaan puisi oleh Yonathan Raharjo, Irine Gayatri, dan Jorgy, serta pentas musik bersama Volloand Humonggio (aktor film Sang Dewi) dan Araditya Mahessa. ( )



UNDANGAN TERBUKA LAUNCHING BUKU: ‘DINO UMAHUK, METAFORA BIRAHI LAUT’

birahilaut.multiply.com

Dino F.Umahuk, penyair yang telah malang melintang di ranah sastra, akhirnya melahirkan buku kumpulan karyanya yang berjudul ‘Dino Umahuk, Metafora Birahi Laut’.

Untuk itu, kami mengundang teman-teman pecinta sastra untuk hadir dalam acara peluncuran buku tsb. yang akan diadakan pada :

Hari/tanggal : Rabu/ 27 Februari 2008
Pukul : 19.00 – 22.00 WIB
Tempat : Warung Wapres, Bulungan
(samping SMA Negeri 6)
Jakarta Selatan

Acara : 1. Diskusi dengan Pembicara Kurnia Effendi
dan Moderator Irine Gayatri

2. Pembacaan puisi dan melukis oleh Yonathan Raharjo, Irine Gayatri,
Jorgy dan para penyair lainnya.

3. Musik bersama Volloand Humonggio (aktor film Sang Dewi) dan
Araditya Mahessa

Bagi 20 pengunjung pertama akan mendapatkan buku ‘Dino Umahuk, Metafora Birahi Laut’, begitu juga yang tampil spontan (tinggal mendaftar ke Panitia saat tiba).

Acara ini diharapkan mampu menjadi ajang kumpul bagi para pecinta sastra untuk bersama menikmati satu lagi terbitnya buku kumpulan puisi dari penyair Dino Umahuk.

Atas perhatiannya, kami ucapkan terima kasih.


Johannes Sugianto
Panitia


SEKILAS TENTANG DINO F UMAHUK


"Maka Dino sekarang bukan lagi pemuda dengan jins dekil dan kertas lusuh yang malu-malu mengantar naskah puisi ke Kantor Redaksi Suara Maluku. Beberapa tahun ini, dia lebih rajin berselancar di cybersastra, memperkenalkan diri kepada dunia bahwa dari Ambon yang hancur lebur, telah tumbuh seorang penyair".

Demikian komentar Rudi Fofid, Wartawan Harian Suara Maluku di Ambon dalam kata pengantarnya di Buku Puisi "Dino Umahuk, Metafora Birahi Laut" yang akan diluncurkan 27 Februari 2008 di Jakarta. Dalam pengantar ini, secara gamblang dituturkan tentang sosok Dino yang dengan malu-malu mengirimkan puisinya pertama kali ke media itu Tahun 1994, yang lalu tumbuh menjadi demonstran, jurnalis, aktivis LSM dan penyair.

Sedangkan budayawan, Ikranegara menyebutkan “Puisi-puisi Dino lahir karena adanya kegalauan yang sangat manusiawi (hati nurani?) dalam menyaksikan peristiwa-peristiwa yang terjadi atau dia alami sendiri, baik itu kejadian sosial/politik maupun yang terjadi atas diri pribadi. Kerangka yang dipakai dalam mempersepsi atau merenungi hal-hal itu bukanlah kerangka analisis intelektual, melainkan rasa kemanusiaan itu tadi.


Sebanyak 127 puisi, dari 500 yang tercipta dari tahun 2000 hingga 2007, akhirnya menjadi sebuah buku. Sedangkan puisi-puisi yang tercipta sebelum tahun 2000 telah hangus terbakar ketika terjadi kerusuhan di Ambon, 19 Januari 1999.

"Buku ini menampilan 127 puisi saya dari 500 puisi yang tercipta dari tahun 2000 hingga 2007, Ini adalah buah perjalanan dari lika-liku dan luka hidup", kata Dino F.Umahuk suatu ketika saat ditanya apa makna dari peluncuran buku ini. Bagaimana dengan puisi yang tercipta sebelum tahun 2000?. “Habis, hangus terbakar ketika terjadi kerusuhan di Ambon, 19 Januari 1999,” ujarnya dengan nada getir.

Sejak menekuni puisi, di tengah kesibukannya kuliah dan bekerja di berbagai lembaga, termasuk menjadi wartawan, Dino makin tak terpisahkan dari kata-kata. Ketika masih mahasiswa ia pernah menjadi Juara I Lomba Cipta Puisi antar Perguruan Tinggi se Maluku dan Irian Jaya tahun 1997 dan mengikuti Pekan Seni Mahasiswa Nasional (Peksiminas) III di Denpasar Bali pada 1994. Puisi-puisinya juga bertebaran dimana-mana, dari milis sastra semasa cybersastra.net hingga media cetak dan buku kumpulan puisi bersama penyair lainnya.

Beberapa puisi laki-laki yang dilahirkan di Desa Capapulu, Maluku Utara pada 1 Oktober 1974 ini dimuat dalam Cyberpuitika - antologi puisi digital (2002), Dian Sastro For President #3 ( 2004), Nubut Labirin Luka - antologi puisi untuk Munir (2005), Empati Yogya - antologi puisi (2006) dan Yogya 5,9 Skala Richter - antologi puisi (2006).

Saat ini selain menekuni kesibukannya sehari-hari sebagai Program Officer Peace Building di Bappenas untuk Reintegrasi dan Perdamaian Aceh, ia juga mengurus situs fordisastra.com sebagai redaktur bersama Nanang Suryadi dan Hasan Aspahani.

Anak kampung yang mengaku berwajah laut ini pernah malang melintang di sejumlah LSM terkemuka seperti KontraS, Imparsial dan Tifa Foundation. Ia juga sempat memproduseri sekaligus menyutradarai dua buah film dokumenter masing masing ‘Surat Dari Cibubur’ dan ‘Impunity Potret HAM Yang Terpasung’ di tahun 2001.

Puisi-puisinya selain bertebaran di berbagai milis sastra, juga ditaburkannya di blog pribadinya http://www.birahilaut.multiply.com yang dihiasi berbagai ilustrasi foto, termasuk anaknya yang baru lahir. (Yo)

Tidak ada komentar: