Mengering Basah, Antologi Puisi Setiyo Bardono

www.tinggalklik.com

Akhirnya buku Antologi Puisi Setiyo Bardono, Mengering Basah, sudah dalam tahap akhir penyelesaian. ArusKata Press, penerbit On-Demand yang menerbitkan buku tersebut, akan mulai mengirimkan buku2 hasil produksi perdananya ini mulai 2 minggu dari sekarang. Untuk edisi perdana, cetakan akan dibatasi hanya 100 eksemplar dulu, oleh karena itu silahkan pre-order mulai dari sekarang agar tidak kehabisan.

Beberapa endorsement dari rekan-rekan penyair bisa dibaca dibawah ini:

Puisi memang sering dibenturkan pada keharusan untuk mendedahkan makna. Puisi sering dianggap sia-sia bila dia dicap gagal memberikan makna. Saya kira bagian terpenting dari menyair adalah menyadari bahwa puisi itu permainan. "Permainan makna," kata Sapardi Djoko Damono. Mungkin kita boleh ganti sebutannya dengan permainan yang bermakna. Bukan makna yang dipermainkan. Dan inilah permainan Setiyo. Yang resah mencari itu adalah puisi. Puisi yang tahu kemana menuju. Puisi yang bertanya. Puisi yang tidak takut pada jalan berliku, toh dia sudah mendapat jawab bahwa dia adalah jiwa merdeka yang bisa menetapkan sendiri jalan ke cahaya, ke pencerahan itu. Sajak "PENCARIAN PUISI" ini memperjelas sikap penyair itu: /Mengeluh puisi di pencarian makna / "Haruskah kutempuh jalan terjal berliku untuk merengkuh cahaya-Mu?"// Bergema makna di keraguan puisi / "Engkau jiwa merdeka yang bisa menetapkan sendiri jalan menuju sejati-Ku."//

Hasan Aspahani, pemilik blog Sejuta Puisi (http://www.sejuta-puisi.blogspot.com)

Setiyo Bardono adalah Sekardus Bom Waktu* (salah satu judul sajaknya) yang siap meledak. Dengan ketekunannya mempelajari unsur-unsur puitika dan mengaplikasikannya, dia siap menghentakkan pembaca dalam setiap sajak-sajaknya. Kosakata yang dimilikinya amat dekat dengan keseharian kita sebagai masyarakat perkotaan, namun kepandaiannya meracik sajak tetap akan membuat pembaca terhenyak.

Dedy Tri Riyadi, www.toko-sepatu.blogspot.com

"Membaca puisi-puisi ini, yang ditulis dalam rentang waktu 1996 hingga 2007, saya menemukan keberagaman tema yang diangkat Setiyo Bardono. Dari tema cinta yang umum, kehidupan dan pekerjaan sehari-hari, hingga tema politik. Juga dalam gaya penulisannya yang variatif, dan menawarkan sesuatu yang baru bagi para pembacanya. Saya suka dengan puisi-puisi yang menawarkan tata wajah (tipografi) yang berbeda dan tidak lazim. Salut untuk Setiyo Bardono yang mencoba bermain dengan kata dan bunyi dalam eksplorasinya."

Urip Herdiman Kambali, penyair.

Setiyo Bardono telah melahirkan karya-karya. Itu yang paling penting. Dengan membaca sajak-sajaknya, Anda akan merasakan pergulatannya dalam melahirkan dengan memandang lingkungan dan manusia-manusia di dekatnya, seraya menyadari bahwa penciptaan adalah sebuah kekuatan.

Yonathan Rahardjo, Penerima Hadiah Sastra Dewan Kesenian Jakarta untuk Novel "Lanang"

Tidak ada komentar: