Tamsil Tubuh Terbelah

Apakah puisi-puisi Tamsil Tubuh Terbelah karya Amin Kamil dapat dikatagorikan sebagai puisi Rastafarian? Apakah puisinya menyiratkan perlawanan terhadap ketertindasan sebagaimana ideologi Rastafarian yang pada awalnya merupakan suatu gerakan yang populer di Karibia menolak bangsa Afrika berada dalam penindasan kulit putih. Pertanyaan yang sangat lumrah lantaran kelompok Rastrafarian awalnya sangat idealis ditunjang dengan penampilan Amil Kamil dengan rambut gimbal (dreadlocks)-pun seperti umumnya Rastaman penganut Rastrafarian sebagaimana tokohnya yang sangat terkenal Bob Marley.

Memang isi puisi-puisinya mewakili kehidupan orang yang tertindas dalam arti kehidupan di kota-kota besar dunia, yang juga mengingatkan pada kehidupan pelukis pop-art Jean Michael Basquiat seniman marjinal negro berdarah campuran Haiti dan Puerto Rico, juga dengan gaya rambut gimbal, dengan kejiwaan psikopat namun sukses lantas lebih memilih kehidupan sebagai gelandangan lagi untuk selalu menjiwai kehidupan marjinal, lalu mati muda karena kecanduan obat terlarang.

Dengan seni jalanannya yang penuh dengan gelisah kedalaman jiwalah, Jean Michael Basquiat dibaptiskan oleh Andy Warhohl sebagai seniman terkemuka. Dalam posisinya sebagai seorang pengelana, perjalanan si penyair Amin Kamil menyusuri kota-kota besar di Amerika dan Eropa dan menangkap impresi kehidupan di negeri orang itu menimbulkan efek-efek psikologis baginya dan terekspresikan pada sajak-sajaknya.

Amin Kamil pun menuliskan dalam bentuk puisi sebagai reportase, sehingga puisinya layak disebut sebagai puisi reportase.

Juga sangat terasa, puisi-puisi Amin Kamil sebagai alumnus Bengkel Teater Rendra wajar kalau terpengaruh karya WS Rendra sebagai puisi-puisi balada yang merupakan puisi-puisi kisah sedih, sebagaimana makna yang terkandung dari istilah balada (kisah sedih). Sebagaimana Rendra kuat menghasilkan sajak balada, demikian juga Amin Kamil yang punya latar belakang penguasaan teater sanggup mewarnai puisinya dengan balada-balada yang memang dekat dengan kemampuan olah teater. Penyair yang menguasai teater biasanya berhasil menulis sajak jenis balada ini. Dan kebanyakan pun bersifat naratif seperti yang tampak pada puisi-puisi Amin Kamil.

Tidak ada komentar: